Rinnai Menemani Perjalanan Saya Belajar Memasak

Baru beberapa tahun terakhir ini saya menikmati aktivitas memasak tapi belum bisa dibilang hobi karena kadang masih bingung  mau masak apa hari ini? Hahaha. Atau kadang berasa capek jadi memutuskan beli masakan jadi. Tapi masih sering masak sih dibanding beli karena walaupun repot jatuhnya lebih irit. Apalagi si sulung bawa bekal makan siang karena sekolahnya sampai sore. Pak suami kadang minta bekal makan  siang juga dari rumah karena bosan dengan menu di tempat makan yang ada di sekitaran kantor.

20190227_091122-1536x1535
Yuk masak

Nggak nyangka juga saya akhirnya suka masak karena waktu gadis paling males dimintai Ibu bantu masak. Kalau akhirnya bantu ya ga sampai selesai, hanya bagian motong atau mencuci  sayuran, yang eksekusi masak Ibu, yang bumbui Ibu, kadang saya diminta nungguin aja biar ga gosong hehehe.

Pengalaman pertama masak sendiri setelah menikah. Jadi tahun pertama menikah saya dan suami LDR, saya di Bandung Suami di Jakarta. Perdua minggu gantian kami saling mengunjungi.

Dengan alasan sayang suami, saya mencoba memasak masakan kesukaan suami, perkedel kentang. Mengandalkan ingatan samar – samar bagaimana Ibu saya memasak perkedel kentang, saya eksekusi ½ kg kentang. Alhasil tidak ada satupun  yang jadi perkedel, karena begitu adonan perkedel sudah dibentuk dan dimasukkan penggorengan  hancur berantakan, adonan buyar – tidak menyatu. Minyak gorengpun berbuih banyak.

Panik banget. Saya telepon ibu dan menanyakan menyebabnya. Ibu meminta saya menceritakan bagaimana memasak perkedel .

“Ya, salah kentangnya harusnya digoreng bukan dikukus. Kalau dikukus ya hancur ga nyatu saat di goreng,” kata ibu dengan enteng.

Jadilah ½ kg kentang berakhir di tempat sampah. Dicoba dimakan juga rasanya aneh karena berminyak banyak dan tidak matang.

Begitupun bihun goreng yang saya buat, rasanya aneh dan bau bawang mentah.

“Ditumis dulu bumbu bawang yang udah dihaluskannya, setelah harum  baru masukkan bihun yang sudah lunak dan sayuran,” jelas ibu ketika saya menanyakan, kok bihun goreng saya hasilnya bau dan hambar. “Kalau hambar mungkin kurang garam dan merica.”

Sejak itu setiap ke Jakarta saya ga pernah masak, kecuali masak nasi hahaha.

Keadaan berubah begitu kami pisah dari mertua dan menempati rumah sendiri, sekitar tahun kedua pernikahan. Didorong rasa excited punya dapur yang sesuai selera – jadi pak suami menyerahkan pemillihan keramik dapur dan lay out dapur pada saya. Mulai ada keinginan bisa masak. Rajin beli buku resep diskonan.  Oh ya waktu itu tahun 2008, internet masih belum jadi bagian kehidupan sehari – hari kecuali urusan email dan pekerjaan, jadi kalau nyari resep, andalan saya masih buku, majalah  dan acara tv.

Yang pasti seiring waktu, rasa dan penampilan masakan saya ada kemajuan. Masak daging sudah bisa empuk. Ingat dulu suami pernah melarang saya masak daging karena setiap masak daging alot, ga bisa dimakan.

“Udah mahal ga kemakan, beli jadi aja.

Rinnai menemai perjalanan saya  belajar memasak

DSC00097-01
Rinnai menemani perjalanan belajar memasak

Bicara soal masak memasak rasanya tidak bisa dilepaskan dari kompor, iya kan? Dan kompor pertama yang saya miliki hingga kini adalah Rinnai. Kompor Rinnai pertama menemani selama 10 tahun lebih, dari tahun 2007 sampai 2017. Tahun lalu kami ganti kompor, itu pun bukan karena  rusak total hanya salah satu tungku apinya keropos dan patah, satu tunggu lagi masih bisa digunakan tapi karena memasak dengan satu kompor lama akhirnya menghibahkan kompor Rinnai itu dan membeli yang baru. Yap kami memutusan tidak ke lain hati karena pengalaman pertama dengan Rinnai begitu berkesan, awet dan bandel. Menemai selama 10 tahun lebih beberapa bulan lho!

Penyebab  tungku api pada kompor gas keropos dan patah, kata ibu saya  karena panci atau penggorengan yang saya gunakan saat memasak basah, jadi airnya turun ke lubang tunggu, karena sering, lama – lama lubang tungku karat dan keropos. Ehm pelajaran berharga dari ibu soal tips merawat kompor. Sejak itu saya mulai apik memakai kompor, memastikan panci atau penggorengan kering saat akan dipakai.

Rinnai pilihan generasi now

Tak salah jika Rinnai pilihan generasi now, karena produknya berkualitas.

Beberapa keunggulan kompor Rinnai yang saya rasakan selama lebih dari 10 tahun menggunakannya;

Aman

Kualitas produk Rinnai  diakui dan bermutu tinggi. Bahan yang digunakan berkualitas dan tahan lama. Memenuhi standard kualitas pakai sehigga aman digunakan.

Body tungku kompor portable Rinnai terbuat dari bahan stainless steel dengan ukuran minimalis.

Awet dan tangguh

10 tahun memakai kompor Rinnai  hampir tidak ada masalah, hanya dua kali ganti cincin burner karena api merah.  Awalnya kami mengira api merah pada kompor berarti rusak dan harus beli baru, setelah ngobrol dengan tetangga ternyata  hanya perlu ganti cincin burner dan bisa dibeli di toko peralatan dapur dengan harga 30 ribuan.

Pematiknya tidak pernah patah atau tidak berfungsi. Teringat kompor gas Ibu baru 5 tahun pematiknya rusak jadi kalau mau menyalakan harus manual menggunakan korek api.

Spare part murah dan mudah

Masalah yang umum terjadi pada kompor gas adalah api menjadi merah dan tidak rata, penyebabnya cincin burner yang kotor. Cincin burner bisa dibeli di toko peralatan rumah tangga dengan harga sekitar 3o ribuan.

Api biru dan merata

Api kompor Rinnai  tetap biru dan merata walaupun bertahun – tahun dipakai, hasil masakan jadi matang merata dan sempurna. Untuk menggoreng, memanggang atau memasak.

Hasil memasak dengan kompor Rinnai:

20190226_141601-1279x1891
Matangnya merata luar dalam
DSC00849-1458x1944
Makaroni schotel
20190228_143043.jpg
Sambal goreng kentang

Mudah dibersihkan

Kompor Rinnai mudah dibersihkan. Secara periodik saya membersihkan tatakannya dengan cara mengikatnya dengan sikat gigi bekas, lalu dicuci agar tumpahan masakan dan minyak tidak mengerak dan keraknya bisa terbakar.

20190228_143813-2304x1296.jpg
Bersihkan Tatakan dan cincin burner secara periodik

Begitu pun cincin dan tungkunya. Oh ya membersihkan cincin burner dan tunggu cukup di sikat pelan dengan sikat gigi bekas kering jika terlihat sudah ada kerak.

Kompor Rinnai yang baru ini beda tipenya dengan Rinnai yang pertama saya miliki. Sengaja memilh tipe berbeda karena ingin memiliki pengalaman lain dengan produk Rinnai.

Bagaimana dengan harga kompor gas Rinnai? Harganya masuk di kantung, tergantung tipe.

Oh ya sekarang  Rinnai mengeluarkan kompor gas varian Sun Burner Series yang hemat gas dengan harga terjangkau dan bahan berkualitas. Sayang nih saat beli kompor Rinnai tahun lalu belum ngeh ada produk yang hemat gas ini.

Buat teman – teman yang memiliki desain dapur minimalis dan modern, Rinnai juga mengeluarkan produk kompor tanam lho.

Oh ya karena mulai menikmati proses memasak dan mengeksekusi resep, saya mulai suka memfotonya hingga jadilah blog ini yang khusus resep dan review peralatan dapur, blog kedua dari blog utama www.rinasusanti.com.

Produk Rinnai tidak hanya kompor lho, ada juga water heater, cooker hood dan masih banyak lagi. Untuk tahu lebih banyak teman – teman bisa intip instagram Rinnai di  rinnai_indonesia   atau facebooknya di sini

Teman – teman mempunyai pengalaman juga dengan  produk Rinnai, yuk di share.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

11 thoughts on “Rinnai Menemani Perjalanan Saya Belajar Memasak

Add yours

  1. Duh, belum masak lihat ini laper banget. Kompornya sama persis punyaku. Awet banget udah dibawa pindah antar pulau. Tapi dapurku nggak sebersih ini. Aku lemah di beres2 & bikin cantik rumah. Hiks.

    Like

  2. wow awet banget ya RInnai tahan 10 tahun tanpa banyak masalah. Aku pun kalau udah panik masak enggak bener langsung telepon ibu, hihihi.

    Like

  3. Belajar masak memang selalu ada dramanya.

    Dan Mba sekarang sudah bisa masak apa saja. Dan kompor Rinai menjadi saksi bisu Mbak belajar masak. Perjalanan yang panjang memang untuk memasak. Saya sendiri masih belum bisa masak, masih suka berantakin dapur kalau masak. Hhihihi

    Like

Leave a reply to Travlingku Cancel reply

Blog at WordPress.com.

Up ↑